Monday, June 25, 2007

S.O.S ;Save Our Security(catatan kaki tentang keikhlasan memenjarakan diri)

Kita lelah menampung gelisah
Kita rengkah untuk mengalah
Kita gundah memahami resah
Kita absah berkata petuah
Kita ejawantah makhluk siasah
Kita salah untuk kaprah, bahkan
Kita sumpah tanah agar merekah…
Kita takut menjadi pengecut
Kita salut kepada hal yang absurd
Kita balut kemelut
Kita semaput saat kalut
Kita bahkan terlalu pengecut mengganti “kita” dengan “aku”…
(Why must be affraid; sel penjara nomor 2 Polresta Cirebon,
24 Sya’ban 1422 H / 10 November 2001).

Ada empat alasan mengapa tulisan ini tampaknya memang harus ditulis,pertama, bahwasannya dialog merupakan jalan yang cukup bijak dan efektif untuk bersama-sama melakukan proses refleksi dari aktifitas bersama yang bukan saja bersifat massal (kolektif) melainkan juga bersifat personal (privacy). Dengan dialog diharapkan adanya semacam medium untuk saling berbagi kebenaran dengan membuka diri untuk mendengarkan dan menghargai eksistensi kebenaran “yang lainnya” (other and otherness), sebab, sungguh sulit mencari kebenaran sejati dalam kehidupan manusia apalagi jika ternyata kebenaran tersebut sudah berbaur dengan motif-motif yang memang secara substansial sama sekali tidak memiliki korelasi terhadap permasalahan yang menjadi dialektika aktual. Kedua, dalam dinamika aktifitas organisasi yang memiliki kemajemukan pola berfikir dan pola berkegiatan masing-masing penggiatnya, terjadinya perbedaan pendapat dan pemahaman tentang pelbagai hal sangat rentan terjadi bahkan –menurut saya- justru diberikan peluang sebesar-besarnya untuk hal tersebut. Permasalahan berikutnya adalah, sejauh mana komunikasi organisasi, etika dialog interpersonal dan mekanisme pengambilan keputusan organisasi mampu dijadikan sebagai wahana yang menjembatani perbedaan tersebut. Ketiga, berkaitan dengan rasa aman (secure), keamanan (security)dan upaya –upaya untuk menjaga dan mempertahankan rasa aman dan keamanan merupakan hal yang mendesak (urgent) untuk diwacana-kan ulang jika memang hal tersebut menjadi permaslahan yang –ironisnya- justru menjadikan ketidaknyamanan organisasi maupun penggiat organisasi untuk melakukan aktifitas per-orangan atau aktifitas organisasi lain. Ke-empat, gugatan kepada rasa keamanan yang tak kunjung datang untuk melakukan semua aktifitas niscaya diperlukan, sebab hal ini terkait dengan kemampuan maksimal orang per-orang maupun kemampuan maksimal organisasi untuk menjalankan roda aktifitasnya yang pada faktanya merupakan hal-hal yang sangat penting untuk diberikan perhatian khusus.


Jika memang asumsi dasar mengenai rasa aman yang sebegitu mahal diperoleh dalam kehidupan berorganisasi ini benar adanya, maka saya fikir permasalahannya bukanlah semata mengenai definisi dan praktis aktifitas keamanan itu sendiri, tetapi mengenai apa saja alasan-alasan yang mendasari perlunya kemananan itu dibentuk sedemikian rupa sehingga alih-alih mengayomi seluruh aktifitas malah memberikan rasa dan suasana yang tidak men-aman-kan aktifitas massal maupun personal. Tulisan ini, sungguh tidak berniat untuk menyoal problematika dari dinamika aktifitas organisasi atau bahkan dengan semena-mena men-justifikasi kemudian mendikotomikan ada pihak yang salah dan ada pihak yang benar, tulisan ini difungsikan sekedar menstimulasi terjadinya dialog melalui dialektika kolektif sembari mengurai kembali jejak-jejak yang ditinggalkan akibat keamanan yang tidak lagi memberikan rasa aman.

0 komentar: