Tuesday, December 18, 2007

Kami Sekeluarga Mengucapkan
SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1428 H
Mohon Maaf Lahir Batin

IKHLAS BERKURBAN...TINGKATKAN SOLIDARITAS

TTD
TENGKU MUDA & YANTI

Saturday, October 27, 2007


SUBHANALLAH WALHAMDULILLAH WALA ILA HAILLALAH ALLAHU'AKBAR,
TELAH LAHIR KADER DAKWAH, PUTRA PERTAMA DARI

TENGKU MUDA(MUDA) & D1ND4(YANTI)
DALAM KEDAAN SEHAT DENGAN BERAT 3.5 KG TADI PAGI JAM 5.45 WIB DI BIREUN,
MOHON DO'ANYA
INSYAALLAH AKAN MENJADI PEMIMPIN SHAF MUJAHID DAKWAH...AMIN

Tuesday, October 23, 2007

Seulangke

Menurut adat istiadat Aceh, pergaulan anak gadis dengan pemuda sebelum nikah amat tabu meskipun dalam “ikatan pertunangan“, apalagi pacar-pacaran sampai malam hari. Anak gadis diibaratkan boh mamplam dalam oen (buah mangga dalam daun). Ikatan pertunangan adalah proses mekanisme kematangan menuju pernikahan. Sebelum nikah belum halal bersentuhan apalagi seperti suami istri, meskipun sudah bertunangan. Ingat! ”Nikahlah” yang menghalalkan hubungan (full-conteks/suami-istri). Bagi adat Aceh, “Agama ngoen adat, lagei zat ngoen sifeut”.

Tahapan pernikahan didahului dengan mengajukan lamaran “meulakee” melalui “seulangke” (penghubung). Amat tabu pemuda melamar langsung pada calon mertua. Bila seulangke berjalan, peran orang tua, keuchik dan imum meunasah/teungku sagoe terlibat langsung. Upacara itu sederhana menurut kemampuan masing-masing dan merupakan elemen perekat dengan memberikan “tanda kong narit/tanda penguat“ kepada calon istri, berupa cincin atau harta benda berharga lainnya. Dengan pertunangan, dapat dipastikan gadis itu sudah dipagari untuk tidak boleh dilamar lagi oleh pemuda lainnya. Orang tua, keuchik/ imeum meunasah menjadi saksi untuk memelihara dan memberikan penga*manannya

Selama “masa pertunangan”, masing-masing pihak dapat memantau dari jarak jauh/dekat tentang perilaku masing-masing termasuk keluarga. Sejak itu, kontak keluarga (hubungan keluarga) kedua belah pihak mulai terjalin. Para calon tidak boleh bergaul bebas, paling-paling hanya dapat mengirim pesan melalui orang-orang yang dipercainya atau melalui hubungan antarkeluarga. Bila salah satu pihak memutuskan hubungan pertunangan (wanprestasi), maka mereka diberikan sanksi sebagai risiko atas kerugian moril. Bila yang memutuskan pemuda (keluarga laki), maka materi yang telah diberikan sebagai pengikat pertunangan, menjadi hak penuh keluarga gadis. Sebaliknya, bila pihak gadis (keluarga gadis) memutuskan, maka didenda sebesar “caram/tanda mata” yang telah diterima pada pertunangan dan wajib mengembalikan caram/tanda mata yang telah diterima saat pertunangan. Jadi, dendanya bukan dua kali, melainkan sekali sebesar yang diterima semula tambah bawaan caram dari pemuda dulu.
Seulangke diperankan oleh seseorang yang berwibawa dan berakhlak mulia, serta terpercaya dalam proses awal penjajakan sampai ke pertunangan, bahkan terlibat langsung sampai ke jenjang pernikahan (walimatul ursy).

Biasanya, peran seulangke itu merupakan salah satu fungsi keuchik dan imeum meunasah, tetapi juga dapat dilakukan oleh orang lain yang berwibawa। Karena itu pada umumnya tugas seulangke melekat pada keuchik dan imeum meunasah. Tetapi untuk seulangke ada hak-hak adat yang melekat pada simbol-simbol bawaan adat yang terjadi dalam pertunangan sesuai dengan adat masing-masing daerah. Mereka perlu dijemput dan diantarkan dengan meninggalkan kepentingan pribadinya. Sebab itu dalam tatanan kehidupan silaturahmi masyarakat, tidak salahnya diberikan sedekah ala kadar menurut kemampuan (ingat tidak mengikat).

Kupiah_meuketop www.acehforum.or.id

Monday, September 10, 2007

MARHABAN YA RAMADHAN

Setiap tahun menjelang Ramadhan, umat Islam Indonesia selalu disibukkan oleh kapan hari pertama puasa। Setelah itu, kita sibuk kapan puasa berakhir. Sungguh ''kebodohan' ' yang tak terperikan. Di zaman ketika ilmu pengetahuan dan teknologi sudah bisa menghitung secara relatif akurat tentang perputaran matahari, bulan, dan bumi seperti saat ini, umat Islam masih tak kunjung mampu menyelesaikan masalah ini.

Kebodohan di sini bukan berarti ketakmampuan akal kita dalam memahami fenomena alam. Tapi, ketakmampuan meredam ego paham keislaman dan ketakmampuan memahami inti pesan Islam. Ini seolah paralel dengan makna jahiliyah yang menghinggapi orang-orang jazirah Arab ketika Nabi Muhammad SAW diutus menjadi Rasulullah. Apakah kita mau disebut sebagai orang-orang yang masih berperilaku jahiliyah setelah kedatangan Islam selama hampir 15 abad? Tentu kita tak mau.

Namun kebodohan itu begitu kentara. Jika masalahnya adalah penentuan awal bulan, maka semestinya tiap bulan kita ribut soal itu. Jika soalnya adalah penentuan awal tahun baru hijriyah, maka semestinya kita ribut setiap 1 Muharram. Nyatanya kita hanya ribut saat awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Seolah di sanalah inti kalender hijriyah. Dari kenyataan ini sebenarnya makin jelas inti masalahnya. Ia tak sekadar masalah kalender, tapi ada hal lain. किता sebut saja soal sah-tidaknya ibadah puasa dan ibadah haji.

Jadi, masalahnya adalah bukan pada kemampuan ilmu pengetahuan dalam membantu kehidupan dan peribadatan umat Islam, tapi pada paham dan kelompok keagamaan. Jika ini masalahnya, tentu kita sangat sedih. Kita memang telah terperangkap ke dalam mental jahiliyah. Padahal kedatangan ajaran Islam adalah untuk memberikan pencerahan umat manusia agar selamat dalam menjalankan tugas kekhalifahan yang diberikan Allah SWT kepada manusia. Karena itu di awal kedatangan Islam dan di masa kekhalifahan, umat Islam memimpin peradaban dunia berkat keluhuran ajarannya dan kemajuan ipteknya. Jika sekarang kita terperosok ke dalam mental jahiliyah, maka kita harus segera beristighfar dan bertaubat. Lalu bangkit untuk kembali ke inti pesan Islam.

Sebagai bangsa dengan jumlah pemeluk Islam terbesar di dunia dan sebagai elemen umat Islam yang paling demokratis di dunia, sudah saatnya umat Islam Indonesia memberikan contoh dan kepemimpinan dalam menyelesaikan masalah kalender hijriyah ini. Kita harus malu pada kebodohan dan kejahiliyahan kita yang tak kunjung kita tinggalkan ini. Marilah mulai tahun ini, umat Islam menemukan cara yang disepakati bersama agar pada tahun ini dan tahun-tahun mendatang kita bisa memulai dan mengakhiri puasa secara bersama-sama. Itu akan membuktikan bahwa umat Islam bisa bangkit dan maju.

Hal itu dimulai dengan menanggalkan ego masing-masing dan kehendak yang kuat untuk syiar Islam, bukan stiar diri atau kelompoknya. Para ulama fikih, akademisi, peneliti, tokoh-tokoh umat, dan pemerintah bisa duduk bersama untuk membangun komitmen untuk tak lagi jalan sendiri-sendiri. Juga untuk merumuskan metode yang disepakati bersama yang sesuai dengan ajaran agama dan ilmu pengetahuan.

Mari kita berinstrospeksi bahwa umat Islam adalah umat yang paling tertinggal dibandingkan dengan umat-umat agama lain seperti Kristen, Yahudi, Buddha, bahkan kini Hindu. Tentu itu bukan karena ajaran Islamnya, tapi karena orang-orangnya. Masalah penyatuan kalender adalah hal yang paling sepele dibandingkan dengan pencapaian keunggulan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan peradaban. Namun, jika hal sepele itu bisa diselesaikan maka hal itu bisa menjadi pertanda bangkitnya kembali kepemimpinan umat Islam dalam membawa kabar gembira pada umat manusia".

Wednesday, July 18, 2007

ACEH FORUM COMMUNITY

PROFIL LEMBAGA

Nama : Aceh Forum Community (AFC)
Alamat : Jl. Sultan Salahuddin No. 32, Desa Bitai, Kec. Jaya Baru
Telp/Fax : -
Contact person : Fachrurrazi
Mobile : +62 8126965634
Email : acehforum@yahoo.com
Akta Notaris : -

I. Latar Belakang

Aceh Forum Community (AFC) didirikan pada tanggal 12 Mei 2007 di Banda Aceh. Lembaga ini didirikan atas dasar keinginan untuk membantu masyarakat Aceh yang terpuruk setelah dilanda konflik berkepanjangan, gempa bumi dan Tsunami pada 26 Desember 2004 yang lalu. Selain menimbulkan kerugian jiwa, harta dan benda yang besar bagi rakyat Aceh, bencana tersebut juga telah membuka akses yang besar dari berbagai pihak untuk memperbaiki kondisi di Aceh.

Dalam hal ini AFC diharapkan dapat mengambil peranan untuk memastikan proses rekonstruksi pasca konflik dan tsunami, bukan hanya bersifat recovery atas kerugian akibat bencana, namun juga membawa perubahan dalam kehidupan ekonomi, sosial budaya, lingkungan, pemberdayaan wanita dan informasi teknologi.

II. Visi
• Tercapainya masyarakat Aceh yang terkonsolidasi, sejahtera, innovatif, kreatif dan berdaya dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.

III. Misi
• Meningkatkan kapasitas masyarakat Aceh yang applikatif, maju dan modern.
• Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang teknologi informasi.
• Memberdayakan perekonomian masyarakat menuju kemandirian dan berjiwa entrepreneurship.

IV. OBJECTIVE
• Memfasilitasi masyarakat dalam memperoleh pendidikan yang layak.
• Memberikan training dan workshop kepada masyarakat tentang teknologi informasi.
• Menggali sumber potensi ekonomi dan dikembangkan dalam masyarakat.



V. Ruang Lingkup Kerja :
1. Informasi Teknologi
2. Pendidikan & Sosial Budaya
3. Ekonomi
4. Lingkungan
5. Pemberdayaan Wanita

Thursday, June 28, 2007

10 WASIAT IMAM HASAN AL-BANNA

1. Dalam kondisi bagaimanapun, dirikanlah shalat ketika mendengar Adzan

2. Baca atau dengarkan Al-Qur’an dan ingatlah Allah, Jangan habiskan sebagian waktu- waktu anda pada hal-hal yang tidak berguna

3. Berusaha untuk bias berbicara bahasa Arab fasih(baik dan benar), sebab hal itu merupakan Doktrin Islam

4. JAngan memperbanyak debad dalamsetiap urusan bagaimanapun bentuknya, sebab pamer kepandaian dan apa yang dinamakan riya itu tak akan mendatangkan kebaikan sama sekali

5. Jangan banyak tertawa, sebab hati yang selalu berinteraksi dengan Allah adalah hati yang tenag dan khusyuk

6. Jangan bergurau, sebab sebuah umat yang gigih berjuang tak mengenal selain kesungguhan

7. Jangan mengeraskan suara melebihi yang dibutuhkan oleh pendengar, sebab itu merupakan kecerobohan dan menyakitkan yang lain

8. Jauhi dari menggunjing orang dan menjelek-jelekkan kelompok atau organisasi, jangan membicarakannya selain kebaikannya saja

9. Kenalkan diri anda kepada saudara-saudara seagama dan seperjuangan walaupun anda tidak dituntut,sebab dasar dakwah kita adalah Cinta dan Kenal

10.Ketahuilah bahwa kewajiban itu lebih banyak dari pada waktu yang terluang, maka bantulah saudaramu untuk menggunakan wqaktunya dengan sebaik-baiknya dan jika anda punya kepentingan(tugas) selesaikan segera.

Monday, June 25, 2007

KETIKA TUHAN BERKATA: TIDAK! (Sebuah Renungan)

Ya Tuhan ambillah kesombonganku dariku.
Tuhan berkata, "Tidak. Bukan Aku yang mengambil, tapi kau yang harus menyerahkannya. "

Ya Tuhan sempurnakanlah kekurangan anakku yang cacat.
Tuhan berkata, "Tidak. Jiwanya telah sempurna, tubuhnya hanyalah sementara."

Ya Tuhan beri aku kesabaran.
Tuhan berkata, "Tidak. Kesabaran didapat dari ketabahan dalam menghadapi cobaan; tidak diberikan, kau harus meraihnya sendiri."

Ya Tuhan beri aku kebahagiaan.
Tuhan berkata, "Tidak. Kuberi keberkahan, kebahagiaan tergantung kepadamu sendiri."

Ya Tuhan jauhkan aku dari kesusahan.
Tuhan berkata, "Tidak. Penderitaan menjauhkanmu dari jerat duniawi dan mendekatkanmu pada Ku."

Ya Tuhan beri aku segala hal yang menjadikan hidup ini nikmat.
Tuhan berkata, "Tidak. Aku beri kau kehidupan supaya kau menikmati segala hal."

Ya Tuhan bantu aku MENCINTAI orang lain, sebesar cintaMu padaku.
Tuhan berkata... "Akhirnya kau mengerti !"

~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~ ~~~~~~

Kadang kala kita berpikir bahwa Tuhan tidak adil, kita telah susah payah memanjatkan doa,
meminta dan berusaha, pagi-siang-malam, tapi tak ada hasilnya.

Kita mengharapkan diberi pekerjaan, puluhan-bahkan ratusan lamaran telah Kita kirimkan tak ada jawaban sama sekali, orang lain dengan mudahnya mendapatkan pekerjaan.

Kita sudah bekerja keras dalam pekerjaan mengharapkan jabatan, tapi justru orang lain yang mendapatkannya tanpa susah payah.

Kita mengharapkan diberi pasangan hidup yang baik dan sesuai, berakhir dengan penolakkan dan kegagalan, orang lain dengan mudah berganti pasangan.

Kita menginginkan harta yang berkecukupan, namun kebutuhan terus meningkat.

Coba kita bayangkan diri kita seperti anak kecil yang sedang demam dan pilek, lalu kita melihat
tukang es. Kita yang sedang panas badannya merasa haus dan merasa dengan minum es dapat
mengobati rasa demam (maklum anak kecil). Lalu kita meminta pada orang tua kita (seperti kita berdoa memohon pada Tuhan) dan merengek agar dibelikan es.

Orangtua kita tentu lebih tahu kalau es dapat memperparah penyakit kita. Tentu dengan segala
dalih kita tidak dibelikan es. Orangtua kita tentu ingin kita sembuh dulu baru boleh minum es yang lezat itu.

Begitu pula dengan Tuhan, segala yang kita minta Tuhan tahu apa yang paling baik bagi kita.
Mungkin tidak sekarang, atau tidak di dunia ini Tuhan mengabulkannya.

Karena Tuhan tahu yang terbaik yang kita tidak tahu.
Kita sembuhkan dulu diri kita sendiri dari "pilek" dan "demam".... dan terus berdoa.

"There's a time and place for everything, for
everyone. God works in a mysterious way."

sumber : lupa lagi ni, darimana sumbernya

Wassalam

S.O.S ;Save Our Security(catatan kaki tentang keikhlasan memenjarakan diri)

Kita lelah menampung gelisah
Kita rengkah untuk mengalah
Kita gundah memahami resah
Kita absah berkata petuah
Kita ejawantah makhluk siasah
Kita salah untuk kaprah, bahkan
Kita sumpah tanah agar merekah…
Kita takut menjadi pengecut
Kita salut kepada hal yang absurd
Kita balut kemelut
Kita semaput saat kalut
Kita bahkan terlalu pengecut mengganti “kita” dengan “aku”…
(Why must be affraid; sel penjara nomor 2 Polresta Cirebon,
24 Sya’ban 1422 H / 10 November 2001).

Ada empat alasan mengapa tulisan ini tampaknya memang harus ditulis,pertama, bahwasannya dialog merupakan jalan yang cukup bijak dan efektif untuk bersama-sama melakukan proses refleksi dari aktifitas bersama yang bukan saja bersifat massal (kolektif) melainkan juga bersifat personal (privacy). Dengan dialog diharapkan adanya semacam medium untuk saling berbagi kebenaran dengan membuka diri untuk mendengarkan dan menghargai eksistensi kebenaran “yang lainnya” (other and otherness), sebab, sungguh sulit mencari kebenaran sejati dalam kehidupan manusia apalagi jika ternyata kebenaran tersebut sudah berbaur dengan motif-motif yang memang secara substansial sama sekali tidak memiliki korelasi terhadap permasalahan yang menjadi dialektika aktual. Kedua, dalam dinamika aktifitas organisasi yang memiliki kemajemukan pola berfikir dan pola berkegiatan masing-masing penggiatnya, terjadinya perbedaan pendapat dan pemahaman tentang pelbagai hal sangat rentan terjadi bahkan –menurut saya- justru diberikan peluang sebesar-besarnya untuk hal tersebut. Permasalahan berikutnya adalah, sejauh mana komunikasi organisasi, etika dialog interpersonal dan mekanisme pengambilan keputusan organisasi mampu dijadikan sebagai wahana yang menjembatani perbedaan tersebut. Ketiga, berkaitan dengan rasa aman (secure), keamanan (security)dan upaya –upaya untuk menjaga dan mempertahankan rasa aman dan keamanan merupakan hal yang mendesak (urgent) untuk diwacana-kan ulang jika memang hal tersebut menjadi permaslahan yang –ironisnya- justru menjadikan ketidaknyamanan organisasi maupun penggiat organisasi untuk melakukan aktifitas per-orangan atau aktifitas organisasi lain. Ke-empat, gugatan kepada rasa keamanan yang tak kunjung datang untuk melakukan semua aktifitas niscaya diperlukan, sebab hal ini terkait dengan kemampuan maksimal orang per-orang maupun kemampuan maksimal organisasi untuk menjalankan roda aktifitasnya yang pada faktanya merupakan hal-hal yang sangat penting untuk diberikan perhatian khusus.


Jika memang asumsi dasar mengenai rasa aman yang sebegitu mahal diperoleh dalam kehidupan berorganisasi ini benar adanya, maka saya fikir permasalahannya bukanlah semata mengenai definisi dan praktis aktifitas keamanan itu sendiri, tetapi mengenai apa saja alasan-alasan yang mendasari perlunya kemananan itu dibentuk sedemikian rupa sehingga alih-alih mengayomi seluruh aktifitas malah memberikan rasa dan suasana yang tidak men-aman-kan aktifitas massal maupun personal. Tulisan ini, sungguh tidak berniat untuk menyoal problematika dari dinamika aktifitas organisasi atau bahkan dengan semena-mena men-justifikasi kemudian mendikotomikan ada pihak yang salah dan ada pihak yang benar, tulisan ini difungsikan sekedar menstimulasi terjadinya dialog melalui dialektika kolektif sembari mengurai kembali jejak-jejak yang ditinggalkan akibat keamanan yang tidak lagi memberikan rasa aman.